Minggu, 05 Januari 2014

Recognition Rather Than Recall - pusatjamtangan.com (Bag.4)


Recognition rather than recall

“Minimize the user's memory load by making objects, actions, and options visible. The user should not have to remember information from one part of the dialogue to another. Instructions for use of the system should be visible or easily retrievable whenever appropriate.”

Untuk meminimumkan pengguna dalam menggunakan memorinya terhadap apa yang telah ia lakukan salah satunya menyediakan “remah roti”/jejak link pada situs. pusatjamtangan.com sudah melakukan hal itu, namun sayangnya terdapat kesalahan yang fatal dalam penyediaan jejak link tersebut. Mengapa saya mengatakannya sebagai kesalahan yang fatal?
Bagian prinsip desain interaksi yang kedua yaitu Recognition rather than recall. Dimana seharusnya pada bagian ini pengguna tidak bertanya-tanya lagi “sekarang lagi dimana?, tadi apa ya?” Kesalahan fatal yang terjadi yaitu ketidaksesuaian pada “remah roti”/jejak pada link yang dibuka. Hal ini saya sadari ketika saya membuka katagori shop by gender di sebelah kanan. Saat halaman tersebut terbuka dan saya memilih salah satu jam tangan untuk melihat info lengkapnya, jejak link yang sebelumnya home-shop by gender- berubah menjadi home-shop by price-100000-499000-swiss army. Nah, disini menunjukkan ketidaksesuaian jejak link yang seharusnya dengan jejak link yang terbuka sehingga pengguna salah menyadari halaman yang dibuka sebelumnya. Hal ini terjadi mungkin karena banyaknya produk jam tangan yang dijual serta banyaknya menu kumpulan berdasarkan katagori sehingga menyebabkan kesalahan seperti ini. Padahal jam yang ditawarkan hanya itu-itu saja.






 Pada awalnya produk yang ditawarkan hanya menampilkan gambar, jenis, dan harga dari setiap jam tangan. Tetapi pada jenis jam tangan ada beberapa yang memiliki nama sama sesuai dengan merknya tidak mencantumkan tipe jam padahal tipe jam tersebut berbeda. Jika tidak dibedakan pengguna akan merasa terganggu untuk melihat dan menghafal hanya dengan gambarnya saja karena gambar antar jam satu dengan yang lain hampir sama. Hal yang seperti inilah membuat pengguna harus mengingat lebih banyak ketika mencari beberapa jam yang berbeda. Atau bahkan pengguna akan membuka banyak tab baru untuk masing-masing jam yang diinginkan. Ketika melakukan hal tersebut pengguna juga akan kebingungan yang mana tab dengan jam uang sudah dibuka/dipilih dengan tab yang lain karena kesamaan nama untuk setiap tab.
Selain itu, ketika telah mendapatkan jam yang diinginkan pengguna akan membelinya dengan mengklik menu Beli Sekarang. Nah, akibat yang terjadi ialah akan muncul tab baru yang berisikan form pemesanan dengan nama, kode jam, alamat dll yang semuanya masih kosong. Pekerjaan pengguna akan bertambah lagi untuk mengingat panjangnya kode jam yang harus dimasukkan. Untungnya, form itu terbuka di tab baru jadi masih bisa melihat di tab lainnya. Andai saja form tersebut terbuka pada tab yang sama mungkin saja pengguna tidak jadi membeli jam tersebut.
Berdasarkan evaluasi terhadap minimisasi ingatan pengguna, saya menilai tingkat keparahan dalam prinsip interaksi ini pada rating 3. Kenyamanan pengguna harus dinomor satukan agar pengguna betah untuk mencari informasi dan mendapatkan hasil yang ia inginkan. Jika harus banyak mengingat-ingat bisa jadi pengguna merasa bosan dan lelah untuk melanjutkannya lagi. Sehingga hal ini penting untuk diperbaiki sehingga harus diberikan prioritas tinggi.
Rekomendasi yang saya berikan dalam prinsip desain interaksi ini adalah pengelompokan katagori tidak usah terlalu banyak mulai dari merk, gender, material, price dan sebagainya. Toh produk yang ditawarkan juga itu-itu saja jam yang hanya memiliki dua merk, hanya dikelompokkan untuk laki-laki dan harganya sudah tercantum sejak awal. Misal, hanya ada katagori merk, dan paling popular sedangkan harga diurutkan mulai dari yang murah atau yang mahal. Sedangkan untuk gender tidak perlu sebab penggunakan jam tergantung selera, cocok atau tidak cocok. Kalau pengguna ingin melihat detail dari jam tersebut bisa langsung memilihnya supaya tidak ada pertanyaan “kok kayaknya sama kaya yang tadi?”. Selain itu, ketika menyediakan form pemesanan sebaiknya diberikan petunjuk singkat pembelian karena dalam form tersebut hanya ada pilihan Kirim. Ketika pengguna ingin membatalkannya pasti ia bingung harus bagaimana sebelum ia membaca Cara Pemesanan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar