Senin, 27 Agustus 2018

Mengubah Paradigma Berpikir


Segala pujian hanyalah milik Allah Robb yang tidak ada sekutu bagiNya. Shalawat dan salam kepada Rosulullah Shallallahu 'alaihi wasallam beserta keluarga dan para sahabat generasi terbaik umat.

Salah satu pembeda manusia dengan makhluk lain di bumi ini adalah berakal dan memiliki kemampuan berpikir. Dengan taufik Allah seseorang mampu membedakan antara benar atau salah, antara baik atau buruk, antara halal atau haram, antara hal yang mendatangkan manfaat atau mendatangkan mudhorot. Namun, yang sulit itu ketika seseorang dihadapkan pada dua pilihan yang kedua-duanya baik ataupun memilih satu antara dua pilihan yang semuanya buruk. Disinilah diuji kemampuan berpikir manusia. Apakah ia berpikir dengan ilmu yang ia miliki tentunya setelah taufiq dari Allah ataukah ia berpikir dengan hawa nafsu dan keinginannya sesaat?

Menarik.

Inilah paradigma berpikir para ahli ilmu sejati. Para ulama (ahli ilmu) bukanlah seseorang yang sebatas mengetahui baik atau buruk suatu perkara. Akan tetapi jika ada dua kebaikan ia bisa membandingkan, menganalisa, mengkompair, berpikir mana yang manfaatnya lebih besar, lebih urgent, lebih diprioritaskan kemudian ia tahu akan ada yang harus dikorbankan dan mengambil yang paling besar manfaatnya. Begitu juga sebaliknya. Ketika melihat dua hal yang buruk kemudian ia diwajibkan memilih salah satunya dan tidak ada pilihan lain selain memilih diantara dua hal tersebut maka ia akan memilih yang paling sedikit mudhorotnya.

Tentunya memilih keputusan yang sulit ini butuh ilmu. Ilmu yang benar. Jika belum sampai pada taraf ulama atau seorang ahli ilmu sejati maka cara yang tepat ialah belajar. Mulai dari sekarang jadilah penuntut ilmu. Belajar seperti apa? Belajarlah yang sesuai dengan konsep Allah melalui Al Quran dan Sunnah. Belajarlah berpikir ilmiah. Belajar dari basic, dari dasar, kemudian bertahap, bertahap, bertahap, sampai pada masala-masalah yang besar.

Basic atau dasar bagi para penuntut ilmu ialah belajar Aqidah, belajar Adab. Bagaimana kita berhubungan dengan Allah. Mentauhidkan Allah. Beradab kepada Allah. Menjalankan ketaatan kepada Allah sesuai dengan apa yang perintahkan Allah dan meninggalkan sesuatu sesuai dengan apa yang dilarangan Allah. Inilah sebagai dasar. Sebagai pondasi seseorang untuk berpikir ilmiah. Mengubah sudut pandang yang ilmiah sesuai kaidah. Meneladani pola hidup manusia terbaik yaitu Rosulullah shallallahu 'alaihi wasallam dalam setiap inci kehidupannya.

Belajar dari pengalaman pribadi sebagai langkah awal untuk mengubah paradigma berpikir ilmiah.

Dulu pernah membayangkan kalau lagi pengen "pdkt" sama Allah itu kayak lagi buat tangga yang akan bertambah naik terus naik sampai tinggi dengan melakukan ketaatan serta amal-amal shalih lain. Tapi ada aja hambatannya. Belum sampai tinggi eh udah roboh lagi. Terus coba bangun lagi tapi roboh lagi. Roboh karena banyak godaannya, banyak futurnya, banyak ujiannya. Kalau begini mah gak akan sampai. Lucu yaa..

Dengan berjalannya waktu, baru sadar kalau dengan seperti itu ada kesalahan dalam berlogika. Dan jadi kepikiran lagi memang harusnya buka seperti itu logikanya. Karena jika dimisalkan sebagai tangga, apa lagi tangga bambu, semakin tinggi semakin besar pula anginnya dan semakin besar pula kondisi ketidak seimbangannya. Ia bisa goyah ke kanan ataupun ke kiri bahkan bisa juga jatuh. Naah salah kan..

Sekarang mulai mencoba berpikir ilmiah. Membangun konsep pola hidup dari dasar. Proses hidup ini dengan segala macam ujiannya, ibaratkan membuat pondasi. Dasar dari sebuah bangunan. Semakin tinggi bangunan yang akan dibuat semakin dalam juga pondasinya. Ketika pondasi yang menjadi dasar sudah kuat, sudah kokoh, kemudian mulailah membuat tiang-tiangnya untuk menegakkan bangunan. Kemudian membuat tembok-tembok sebagai batasnya, pintu sebagai pembuka jalannya, jendela untuk mengamati keadaan, dan atap untuk melindungi dari panas dan hujan.

Logika simpel. Hanya saja baru sadar dan berpikir lebih. Mencoba memulai menerapkan konsep baru dalam merespon pola hidup, tingkat pemahaman serta ilmu yang didapatkan.

Oleh karena itu, jadikanlah proses ini sebagai bagian dari rangkaian pondasi yang saling menguatkan satu dengan yang lainnya. Kemudian ketika Allah menganggap kau sudah kuat sudah siap maka Allah bukakan jalan untuk menjadikan bangunan yang kokoh. Ayoo bangunan apaa?

Motivasi lainnya yaitu kesempatan untuk memahami ilmu. Semakin tajam pemahaman konsep hidup ilmiah semakin berkualitas juga setiap inci kehidupannya. Yuk belajar dari hal yang basic. Hanya orang berkualitas saja yang bisa berpikir dengan pemahaman yang benar dengan pemikiran yang panjang. Dengan pemahaman lahirlah kebaikan dan kebaikan. Yaitu mempelajari pemahaman yang benar dari Rosulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan para sahabatnya yang paling paham tentang agama ini.

Beberapa materi ini diambil dari kajian ustadz Muhammad Nuzul Dzikri Hafizahullahuta'ala dengan judul Inci Demi Inci Bersama Ilmu serta beberapa materi kajian lainnya dapat disimak kajiannya di Chanel Youtube linknya boleh klik disini.

Wallahu a'lam.

Shallallahu 'ala muhammad wa 'ala alihi washahbihi wasallam.

Rabu, 15 Agustus 2018

Kenapa menulis (lagi)?

Segala puji hanyalah milik Allah Ta'ala dengan ke Maha LembutanNya menjadikan hati manusia tetap berada dalam fitrah islam yang lurus. Dengan kelembutanNya pula Allah menggiring setiap manusia yang Ia kehendaki untuk menuju kebaikan bagi dirinya dari arah yang tidak mereka duga dan Allah-lah yang lebih mengetahui setiap apa yang tersembunyi dalam hati hamba-hamba Nya.

Semoga shalawat dan salam Allah sampaikan kepada manusia yang paling lembut hatinya dan paling baik perangainya yaitu Rosulullah shallallahu 'alaihi wasallam juga kepada keluarganya, para sahabat dan umatnya yang tetap teguh menjalankan sunnahnya sampai akhir nanti.

Tentang hidup...
Kehidupan merupakan rangkaian dari potongan-potongan peristiwa di dunia sebagai proses bagi manusia menuju akhirat. Terkadang Allah menjadikan hidup manusia baik namun bisa juga dengan seketika Allah jadikan buruk sebagai akibat dari apa yang mereka perbuat. Adapun kehidupan kekal penuh dengan kebahagiaan yang hakiki yaitu Syurga Allah Ta'ala.

Allah Ta'ala berfirman:

وَ مَا الْحَيٰوةُ الدُّنْيَاۤ اِلَّا لَعِبٌ وَّلَهْوٌ  ۗ  وَلَـلدَّارُ الْاٰخِرَةُ خَيْرٌ لِّـلَّذِيْنَ يَتَّقُوْنَ ۗ  اَفَلَا تَعْقِلُوْنَ

"Dan kehidupan dunia ini, hanyalah permainan dan senda gurau. Sedangkan negeri akhirat itu, sungguh lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Tidakkah kamu mengerti?"
(QS. Al-An'am 6: Ayat 32)

Dengan adanya proses kehidupan ini manusia mengalami fase hidupnya yang awalnya tidak mengetahui apapun kemudian ia belajar, lalu ia mendapatkan ilmu dan pengalaman sampai ia dapat terbiasa mengaplikasikannya dalam hidup mereka. Jadi ingat kan, pernah ada kata bijak yang mengatakan bahwa pengalaman merupakan guru terbaik kehidupan. Nah seperti itulah proses dalam menjalani sebuah hidup di dunia ini. Dan sebaik-baik contoh teladan kita di setiap aktivitas yang kita lakukan adalah Rosulullah shallallahu 'alaihi wasallam.

Mencoba merangkai sekian banyak potongan kehidupan yang terjadi tidaklah mudah. Apalagi mencari celah untuk menemukan hikmah yang Allah sampaikan dari apa yang telah Allah kehendaki. Mungkin akan butuh waktu, butuh ilmu, yaitu ilmu tentang kesabaran, keikhlasan dan husnudzon kepada Allah. Berat memang. Tapi ini harus dicoba. Karena tanpa mencoba, seseorang tidak pernah tau kapan ia merasa sulit, kapan ia merasa kerdil, kapan ia merasa kok gw payah banget ya begini aja ga bisa.

Kenapa menulis (lagi)?

Karena dengan menulis kita dapat menceritakan pengalaman yang merupakan guru terbaik kehidupan.

Karena dengan menulis kita dapat belajar untuk mendapatkan celah hikmah yang Allah sampaikan dalam kehidupan.

Karena dengan menulis kita dapat mengeksplorasi sejauh mana pemahaman kita terhadap keyakinan akan karunia Allah yang amat besar. Semakin bertambah, semakin kuat dan semakin bertahan. Bertambah apa? Yaitu Menambah keimanan, menguatkan keimanan, dan menjaga keimanan kita kepada Allah. Al Quran dan Sunnah juga para ulama salafusshalih menjelaskan bahwa iman itu bertambah  dan berkurang, naik dan turun. Bertambah karena ketaatan dan berkurang karena kemaksiatan.

Namun sejatinya dengan menulis, kita (terutama saya) dapat menasihati diri kita sendiri sebagai salah satu cara memperbaiki diri untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Tantangannya adalah pertama niat karena Allah. Kedua sebelum menulis kita harus punya ilmu yang pertanggung jawabannya langsung kepada Allah. Ketiga untuk menulis juga butuh inspirasi. Karena bagi saya tidak setiap tulisan yang baik dapat dihasilkan disetiap kondisi kecuali yang sudah berpengalaman banyak dan sepertinya itu bukan saya. Dan yang terakhir harus Istiqomah, konsisten. Karena Allah menyukai amalan yang sedikit namun terus menerus.

Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda,قَيِّدُوا الْعِلْمَ بِالْكِتَابِ
Ikatlah ilmu dengan dengan menulisnya [Hadits shahih dengan keseluruhan jalannya sebagaimana diterangkan oleh Al-Albaaniy dalam Silsilah Ash-Shahiihahno. 2026]

Bisa jadi tulisan ini sebagai wadah untuk belajar serta pengamalan ilmu bagi saya dengan segala keterbatasannya. Dan harapannya juga bisa memberikan manfaat dan kebaikan bagi orang lain. Karena ilmu itu bukan banyaknya tapi seberapa ia diamalkan dan bermanfaat bagi dirinya sendiri juga orang lain.

Jikalau memang benar ada kebaikan adalah dari Allah dan jikalau terdapat kesalahan itu dari diri saya sendiri, Allah dan Rosul-Nya terbebas dari kesalahan kemudian marilah kembalikan pada Al Quran dan Sunnah serta pemahaman para sahabat sholih beliau.

Wallahu a'lam..

Shallallahu 'ala muhammad wa'ala alihi wa shahbihi wasallam.

Rabu, 08 Agustus 2018

Ilmu Tentang Bersyukur

Tidak ada kata yang pantas kita ucapkan selain rasa syukur kita kepada Allah ta'ala. Karena nikmat Nya menjadikan seorang hamba dapat memahami ilmu. Ilmu yang kita gunakan dalam kehidupan dunia dan akhirat. Ilmu yang disampaikan oleh Allah melalui manusia yang paling sempurna imannya, yang paling sempurna akhlaknya, menjadi teladan bagi kita semua yaitu Rosulullah shallallahu 'alaihi wasallam yang sampai saat ini kita masih butuh untuk mempelajarinya.

Semoga Allah memberikan hidayah dan taufiq Nya kepada kita agar dapat mempelajari ilmu Al Quran dan Sunnah Rosulullah shallallahu 'alaihi wasallam serta pemahaman para sahabat terbaik beliau. Aamiin..

Ilmu merupakan anugerah yang Allah berikan kepada seseorang yang Ia kehendaki. Ilmu sebagai pembeda antara orang yang mengetahui dan tidak mengetahui. Ilmu itu nikmat. Nikmatnya ilmu bisa sampai mengalahkan nikmatnya fisik dan duniawi. Seseorang yang merasakan kelezatan ilmu seperti seseorang yang sedang lapar namun ia tidak merasakan lapar. Ilmu nikmatnya bagaikan oksigen. Berteduh dibawah pohon rindang pada panasnya siang. Membahagiakan hati, jiwa dan pikiran.

Salah satu ilmu yang harus kita miliki adalah bersyukur. Karena ilmu untuk bersyukur itu langka. Bahkan kita diajarkan untuk berdoa memohon ilmu untuk mensyukuri nikmat yang Allah berikan.

Allah SWT berfirman:

فَتَبَسَّمَ ضَاحِكًا مِّنْ قَوْلِهَا وَقَالَ رَبِّ اَوْزِعْنِيْۤ اَنْ اَشْكُرَ  نِعْمَتَكَ الَّتِيْۤ اَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلٰى وَالِدَيَّ وَاَنْ اَعْمَلَ صَالِحًـا تَرْضٰٮهُ وَاَدْخِلْنِيْ بِرَحْمَتِكَ فِيْ عِبَادِكَ الصّٰلِحِيْنَ
"Maka dia (Sulaiman) tersenyum lalu tertawa karena (mendengar) perkataan semut itu. Dan dia berdoa, Ya Tuhanku, anugerahkanlah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku dan agar aku mengerjakan kebajikan yang Engkau ridai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh."
(QS. An-Naml 27: Ayat 19)

Bagi saya salah satu rasa syukur kepada Allah dengan kesempatanNya Allah hadirkan seseorang untuk saya belajar mengambil manfaat dari beliau. Semoga Allah memberikan kebaikan baginya.

Suatu pelajaran yang saya dapatkan darinya ialah beliau orang yang baik. Dengan segala kebaikannya saya pun bingung tidak tau ingin berkomentar ataupun bertanya kepadanya.

Pertama ia baik pada keluarganya terutama bagaimana cara ia berbakti kepada kedua orang tuanya. Ia paham tentang keutamaan berbakti pada kedua orang tua. Ini menarik. Pengamalannya pun berat tidak hanya teori saja tetapi perlu penerapan nyata. Tidak hanya hari ini saja tetapi untuk kedepannya dalam waktu yang lama. Saat ini pun saya masih perlu banyak belajar dan terus belajar. Karena selama kedua orang tua kita masih hidup itu adalah pintu surga bagi kita. Dan mendapatkan surga Allah tidaklah mudah. Pasti ada ujian Allah didalamnya. Namun tidak ada balasan dari Allah kecuali syurga. Dan pastinya ini butuh dukungan dari setiap pihak dalam kehidupan kita.

Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

« رَغِمَ أَنْفُهُ ثُمَّ رَغِمَ أَنْفُهُ ثُمَّ رَغِمَ أَنْفُهُ ». قِيلَ مَنْ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ « مَنْ أَدْرَكَ وَالِدَيْهِ عِنْدَ الْكِبَرِ أَحَدَهُمَا أَوْ كِلَيْهِمَا ثُمَّ لَمْ يَدْخُلِ الْجَنَّةَ »

“Sungguh terhina, sungguh terhina, sungguh terhina.” Ada yang bertanya, “Siapa, wahai Rasulullah?” Beliau bersabda, ”(Sungguh hina) seorang yang mendapati kedua orang tuanya yang masih hidup atau salah satu dari keduanya ketika mereka telah tua, namun justru ia tidak masuk surga.”(HR. Muslim)

Kedua beliau orang yang baik. Dengan kebaikannya saya bisa belajar dari apa yang ada pada dirinya. Bagaimana kepemimpinannya, menempatkan diri didepan orang, cara berbicara, bersikap, melihat orang, merespon dan mengkondisikan suasana dengan baik. Itulah karakter seseorang, berakhlak baik. Proses mendapatkannya dengan kebiasaan sadari kecil melalui kedua orangtuanya, saudaranya, lingkungannya, dan pemahaman agamanya.  Mungkin saya sendiri pun tak bisa sehebat dirinya. Jadi itu juga salah satu hal positif yang bisa saya dapatkan. Menjadi pribadi yang baik dengan karakter dan akhlak yang baik.

Terlepas dari itu semua atas izin Allah juga dengan kehadiran beliau untuk saya bisa bersyukur atas apa yang Allah kehendaki. Kemudian bercermin pada diri sendiri, ini looh hal2 yang masih harus dibenahi sebagai bahan evaluasi diri untuk kedepannya yang lebih baik.

Masih butuh proses dan bisa jadi proses ini membutuhkan waktu yang lama. Tapi tidak mengapa. Karena proses yang lama akan bertahan kuat dan juga membawa hasil maksimal tapi dengan syarat harus istiqomah dan pandai melihat sisi lain terutama hal2 baik yang membawa kualitas diri menjadi lebih baik.

Proses butuh persiapan. Dan persiapan sebagai bagian dari proses yang tidak instan itu lebih berasa daripada hanya sesaat saja. Kan semakin besar effort, semakin berasa bedanya, semakin besar juga pahalanya disisi Allah.

Semoga dengan ini kita sama2 belajar mengambil manfaat dan meningkatkan kualitas diri kita dihadapan Allah serta bermanfaat bagi manusia lainnya. Amiin..

Shallallahu 'ala nabiyyina muhammad wa'ala aalihi washahbihi wasallam.

Sabtu, 04 Agustus 2018

Penuh Harap

Segala puji bagi Allah sang pemilik Arsy yang agung.
Yang Maha Hidup lagi Maha Berdiri sendiri.
Hanya milikNya lah segala sesuatu yang ada di langit maupun yang ada di bumi. Dan hanya Allah lah yang Maha Mengetahui sesuatu yang ghaib.

Semoga Allah sampaikan shalawat dan salam kepada Rosulullah shallallahu 'alaihi wasallam kepada pada keluarganya, sahabatnya dan umat yang mengikuti sunnahnya sampai hari akhir nanti.

Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam bersabda,
“Allah Ta'ala berfirman: Aku sesuai dengan persangkaan hambaKu kepadaKu, Aku bersamanya (dengan ilmu dan rahmat) bila dia ingat Aku. Jika dia mengingatKu dalam dirinya, Aku mengingatnya dalam diriKu. Jika dia menyebut namaKu dalam suatu perkumpulan, Aku menyebutnya dalam perkumpulan yang lebih baik dari mereka. Bila dia mendekat kepadaKu sejengkal, Aku mendekat kepadanya sehasta. Jika dia mendekat kepadaKu sehasta, Aku mendekat kepadanya sedepa. Jika dia datang kepadaKu dengan berjalan (biasa), maka Aku mendatanginya dengan berjalan cepat.”
HR. Al-Bukhari dan Muslim.

"Aku sesuai prasangka hambaKu".
Satu kalimat yang mewakili hadits diatas membuat kita berpikir bahwa cukuplah hanya kepada Allah saja untuk berprasangka baik pada Nya. Dengan segala skenario terbaik Allah yang telah dipersiapkanNya dan mengambil pelajaran dari setiap kejadian yang terjadi atas izin Allah.

Allah memberikan sesuatu dari apa yang hamba butuhkan bukan dari setiap apa yang ia inginkan. Mungkin kata2 ini tidak asing. Namun bisa jadi seorang hamba tidak pandai berprasangka kepada Allah atas kejadian yang menimpa dirinya. Kemudian ia banyak mengambil dalih bahwa seandainya seperti ini dan itu agar hasilnya sesuai dengan apa yang ia inginkan. Disinilah awal terbukanya pintu-pintu syaitan. Memberikan peluang pada syaitan untuk menjerumuskan manusia pada kesesatan. Padahal ketika ia ambil satu kalimat pamungkas, semua akan Allah gantikan dengan yang terbaik. Allah persiapkan sesuatu yang spesial, nanti pada saatnya kau akan siap menerimanya. Katakanlah..

قَدَرُ اللَّهِ وَمَا شَاءَ فَعَلَ
Qodarullaahi wa maa syaa-a fa'ala.
Ini taqdir Allah, dan apa yang Dia kehendaki, Dia lakukan.

Prasangka baik kepada Allah sangat bersinggungan dengan rasa penuh harap kepada Allah. Berharap mendapat kebaikan, berharap mendapat pertolongan Allah. Karena ia akan saling mendukung untuk terbentuknya benteng pertahanan melawan kata "seandainya".

Seorang teman pernah memberikan nasihat kepadaku tentang bagaimana cara untuk berharap kepada Allah saja tidak kepada yang lain. Kemudian beliau bilang:

"Inget nanti kalau di kuburan bakal sendirian". 

Tapi aku masih belum paham apa arti dari yang beliau sampaikan. Alhamdulillahnya dia peka kalau aku belum paham apa maksudnya. Kemudian dijelaskan lagi bahwa:

"Kalo sendirian di kuburan, yang bisa nolong cuma Allah Ta'ala. 
Aslinya di dunia juga gitu. 
Cuma banyak printilan aja yang jadi perantara. 
Keliatannya kayak yang nolongin"

~~ merenung sejenak ~~

Seperti itulah nasihat singkat yang membuka mata hati ku saat itu. Semoga Allah senantiasa memberikan kebaikan dimanapun beliau berada.

Ya memang benar. Pertolongan Allah datang melalui perantaraNya dalam hidup kita. Sadar akan hal itu. Hidup adalah proses mencapai tujuan. Dengan berbagai ujian didalamnya yang dibuat Allah bagi mereka untuk melihat siapa yang paling baik amalnya. Melihat siapa yang pandai mengambil hikmahnya. Dan selamat dari tipu daya syaitan.

Inilah hakikat dari Tawakal kepada Allah. Kembali lagi pada rasa tawakal di pembahasan sebelumnya, yaitu keyakinan seorang hamba kepada Allah bahwa hanya Allah saja yang dapat membantu setiap urusan kita dan hanya kepada Allah lah tempat kita bersandar.

Allah SWT berfirman:
فَاِنْ تَوَلَّوْا فَقُلْ حَسْبِيَ اللّٰهُ    ۖ   لَاۤ اِلٰهَ اِلَّا هُوَ   ۗ  عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ   ۗ  وَهُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيْمِ
"Maka jika mereka berpaling (dari keimanan), maka katakanlah (Muhammad), Cukuplah Allah bagiku; tidak ada Tuhan yang berhak diibadahi dengan benar selain Dia. Hanya kepada-Nya aku bertawakal, dan Dia adalah Tuhan yang memiliki ‘Arsy (singgasana) yang agung."
(QS. At-Taubah 9: Ayat 129)

Saksi bahasan kali ini adalah
Takdir Allah - Prasangka baik - Rasa penuh harap - Pertolongan Allah pasti datang

Saya pun juga bukan orang yang langsung pandai mengambil hikmah. Masih butuh belajar dan berusaha menjadi pribadi yang lebih baik. Terutama memperbaiki hubungan kita dihadapan Allah. Agar pandai menempatkan diri dihadapan Allah.

Dengan segala keterbatasan ilmu yang saya miliki pastilah banyak kekurangan didalamnya. Saya berlindung kepada Allah azza wajalla dengan kalimat2Nya yang sempurna. Mencoba mengamalkan pemahaman berdasarkan pengalaman yang saya miliki. Allah dan RosulNya terbebas dari kesalahpahaman yang ada pada saya dan jika ada kesalahan maka kembalikan pada hukum Allah yang berlaku. Kembalika pada Al Quran dan Sunnah.
Wallahu'alam.

Shallallahu 'ala muhammad wa'ala alihi washahbihi wasallam.

Senin, 30 Juli 2018

Sepotong Pizza

Segala puji hanyalah milik Allah yang karena nikmatNya membuat kebaikan-kebaikan menjadi sempurna.
Karena hidayah dan taufiqNya memudahkan seorang hamba menyelesaikan dari apa yang ia niatkan di bulan syawal ini.
Segala puji bagi Allah yang dengan mudahnya melakukan segala yang Ia kehendaki.
Semoga Allah menerima semua amal ibadah selama bulan ramadhan, syawal serta bulan-bulan setelahnya dengan penuh kebaikan.

Berbicara tentang rizki Allah, nikmat dan karunia Allah tidak akan pernah ada habisnya. Bahkan jika air laut dijadikan sebagai tinta untuk menuliskan karunia Allah kemudian didatangkan lagi dengan jumlah yang sama tidak akan cukup untuk menuliskannya. Karena sifat Allah yang wajib kita yakini yaitu Ar Rozaq sang Maha Pemberi Rizki.

Allah memberikan rizki pada hambanya dengan 2 cara. Pertama rizki mutlak dan rizki karena berikhtiar. Rizki mutlak diperoleh seorang hamba tanpa ia usahakan sudah Allah takdirkan memang ia akan mendapatkannya. Sedangkan rizki dengan ikhtiar diperoleh dengan berusaha dan ia dapat memilih sesuai dengan keinginannya dan yang pasti ini juga sudah Allah takdirkan 50ribu tahun sebelum dunia ini diciptakan.

Allah juga memberikan rizki dari arah yang tidak disangka-sangka karena ketaqwaan seorang hamba.

Allah SWT berfirman:
 وَمَنْ يَّـتَّـقِ اللّٰهَ يَجْعَلْ لَّهٗ مَخْرَجًا
"Barang siapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan membukakan jalan keluar baginya,"
(QS. At-Talaq 65: Ayat 2)

Allah SWT berfirman:

وَّيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ   ۗ  وَمَنْ يَّتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ فَهُوَ حَسْبُهٗ   ۗ  اِنَّ اللّٰهَ بَالِغُ اَمْرِهٖ   ۗ  قَدْ جَعَلَ اللّٰهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا
"dan Dia memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya. Dan barang siapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan-Nya. Sungguh, Allah telah mengadakan ketentuan bagi setiap sesuatu."
(QS. At-Talaq 65: Ayat 3)

Belajar memahami ayat Allah ini disetiap aspek kehidupan kita terutama bagi saya khususnya, akan mendapatkan manfaat yang banyak. Pertama bertaqwa. Kemudian bertawakal.

Bertaqwa kepada Allah itu wajib. Menjalankan semua perintah Allah dan menjauhi larangannya. Kelihatannya simpel tapi ini dalam banget. Butuh ilmu. Butuh belajar. Dan yang paling baik dalam belajar ilmu agama ialah dengan kerendahan. Merendahkan diri kita serendah-rendahnya dihadapan Allah. Mengakui kalau kita banyak kesalahan, kekurangan, tidak ada apa-apanya dihadapan Allah. Dan belum ada yang bisa kita banggakan dihadapan Allah.

Lalu bertawakal. Meminta pertolongan hanya pada Allah, bersandar dan menyerahkan segala urusan hanya pada Allah. Yakin hanya Allah saja yang dapat menolong kita. Ini berat. Bahkan orang yang sudah ngaji, sudah belajar masih terlewat dari sifat ini termasuk juga saya yang juga masih butuh banyak belajar.

Dua hal yang tidak bisa lepas dari seorang hamba kepada Robb nya. Membutuhkan banyak belajar, latihan, eksekusi untuk hasil yang terbaik. Seperti memperbaiki kualitas keimanan kita dihadapan Allah. Karena semua itu butuh proses dan pastinya tidak mudah. Dan yang paling harus diingat yaitu Allah akan membalas perbuatan seorang hamba sesuai apa yang ia usahakan. Semakin besar effort maka pahalanya semakin besar juga.

Naah apa hubungannya dengan sepotong pizza??
InsyaAllah akan berlanjut di kisah berikutnya.

Shallallahu 'ala nabiyyina Muhammad wa 'ala aalihi wa shahbihi wa sallam.

Semoga Allah selalu menjaga kita dimanapun kita berada, memberikan taufiqNya untuk selalu mengerjakan amal sholih yang Allah cintai. Aamiin..

Kamis, 11 Juni 2015

Unforgetable moment in Surabaya ^^

Hari ini satu tahun yang lalu..

Aku dan seorang temanku berkesempatan untuk mengunjungi kampus besar di surabaya yaitu institut teknologi sepuluh nopember. Ya, ITS Surabaya adalah perjalanan yang berharga untuk ku.

Perjalanan ini berawal dari sebuah pesan singkat. Ingat saat itu dosen ku mengirimkannya yang meminta ku untuk menyelesaikan draft skripsi  pertama beberapa bulan sebelum keberangkatan. Lucunya ak meng-iya kan dan menyanggupi supaya draft itu dapat dikirimkan hari itu juga, padahal belum sampai 50% looh. Hehe... semalaman ak berusaha merangkai kata yang ku susun menjadi paragraf demi paragraf. Daan akhirnya terkirimlah sms kalau ak belum bisa menyelesaikan draft sampai jam 9 malam itu. Huft.. Tapi perjuangan belum selesai. Dalam waktu beberapà jam kemudian  tersusunlah sebuah draft, bisa dibilang the amazing draft in a night. Haha :D
Dari sinilah haràpan uñtuk bisa ikutan seminar nasional di surabaya semakin kuat. Mulai mempelajari setiap formulasi masalah, pembahasan, kenapa bisa begini, ke napa bisa begitu sampai pembuatan slide, minta masukan, konsultasi dan latihan presentasi ini nih yang penting. Biar gak deg-degan, hihi..
Naah tepat pada hari rabu 11 juni 2014, kami semua berangkat bersama yaitu aku, seorang teman ku, tiga dosen serta dua anak dosen. waahh.. ramee ternyata.
Dari sini perjalanan dimulai.. Kami berangkat siang hari jam 12 bada dzuhur dari dramaga untuk mengejar bus damri jam 2 karena pesawat akan berangkat jam setengah enam sore dan butuh waktu sekitar 3 jam perjalanan menuju bandara soekarno hatta. Iya bener ke bandara.. baru pertama kali ini ak menginjakkan kaki di soetta. Padahal udah bertahun2 sekontrakkan sama anak sulawesi yang kalau pulang pergi bogor-makassar naik pesawat terus. Hehe.. Alhamdulillah wa syukurillah Allah memberikan the first unforgetable moment ini.
Pernah bermimpi untuk bisa megang awan.. dulu waktu jamannya TULISKAN MIMPIMU diselembar kertas putih dan suatu saat kamu akan melihatnya tercoret satu per satu. Huuaaa... kemana yaa kertas itu??
Satu kali naik pesawat rasanya seerruuu, tegaang, daan pengen lagi untuk ke dua, ke tiga, ke empat dan seterusnya.. iya mimpi megang awan kan gak bisa kalau lagi di pesawat. Tapi aku bisa merasakan bagaimana rasanya minum di atas awaann.. hahaha.. Mungkin ini hal yang sederhana tapi bakal tak terlupakan, biar nanti bisa diceritain ke anak cucu, hihi.. Aamiin..
Naah ini dia sepenggal kisah pembuka blog yang udah lama gak ke isi lagi. sampe sampe ada sarang laba2nya tuh dipojokkan, hehe..
InsyaAllah bakal diterusin lagi cerita serunya perjalanan unforgetable moment in surabayanya. Karena pengalaman dan momen berharga ini akan hilang bila tidak tertulis.

Selasa, 04 Februari 2014

Innallaha ma ana


Bismillah...
Pernahkah saat kau duduk santai dan menikmati harimu, tiba-tiba terpikirkan olehmu ingin berbuat sesuatu kebaikan untuk seseorang?

Itu adalah Allah yang sedang berbicara denganmu dan mengetuk pintu hatimu (QS 4:114, 2:195, 28:77).

Pernahkah saat kau sedang sedih, kecewa tetapi tidak ada orang di sekitarmu yang dapat kau jadikan tempat curahan hati?

Itulah adalah Allah yang sedang rindu padamu dan ingin agar kau berbicara pada-NYA (QS 12:86).

Pernahkah tanpa sengaja kau memikirkan seseorang yang sudah lama tidak bertemu, tiba-tiba orang tersebut muncul, atau kau bertemu dengannya, atau kau menerima telepon darinya?

Itu adalah Kuasa Allah yang sedang menghiburmu. Tidak ada yang namanya kebetulan (QS 3:190-191).

Pernahkah kau mendapatkan sesuatu yang tidak terduga, yang selama ini kau inginkan tapi rasanya sulit untuk didapatkan?

Itu adalah Allah yang mengetahui dan mendengar suara batinmu serta hasil dari benih kebaikan yang kau taburkan sebelumnya (QS 65:2-3).

Pernahkah kau berada dalam situasi yang buntu, semua terasa begitu sulit, begitu tidak menyenangkan, hambar, kosong bahkan menakutkan?

Itu adalah saat Allah mengizinkan kau untuk diuji, Dan Allah ingin mendengar rintihan serta do'amu agar kau menyadari akan keberadaan-NYA.... Karena DIA tahu kau sudah mulai melupakan-NYA dalam kesenangan (QS 47:31, 32:21).

Jika kau peka, akan sering kau sadari bahwa KASIH dan KUASA Allah selalu ada di saat manusia merasa dirinya tak mampu.

Beberapa menit ini tenangkanlah dirimu, rasakan kehadiran-NYA..., dengarkan suara-NYA yang berkata: "Jangan khawatir, AKU di sini bersamamu"
(QS 2:214, 2:186)