Sabtu, 04 Agustus 2018

Penuh Harap

Segala puji bagi Allah sang pemilik Arsy yang agung.
Yang Maha Hidup lagi Maha Berdiri sendiri.
Hanya milikNya lah segala sesuatu yang ada di langit maupun yang ada di bumi. Dan hanya Allah lah yang Maha Mengetahui sesuatu yang ghaib.

Semoga Allah sampaikan shalawat dan salam kepada Rosulullah shallallahu 'alaihi wasallam kepada pada keluarganya, sahabatnya dan umat yang mengikuti sunnahnya sampai hari akhir nanti.

Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam bersabda,
“Allah Ta'ala berfirman: Aku sesuai dengan persangkaan hambaKu kepadaKu, Aku bersamanya (dengan ilmu dan rahmat) bila dia ingat Aku. Jika dia mengingatKu dalam dirinya, Aku mengingatnya dalam diriKu. Jika dia menyebut namaKu dalam suatu perkumpulan, Aku menyebutnya dalam perkumpulan yang lebih baik dari mereka. Bila dia mendekat kepadaKu sejengkal, Aku mendekat kepadanya sehasta. Jika dia mendekat kepadaKu sehasta, Aku mendekat kepadanya sedepa. Jika dia datang kepadaKu dengan berjalan (biasa), maka Aku mendatanginya dengan berjalan cepat.”
HR. Al-Bukhari dan Muslim.

"Aku sesuai prasangka hambaKu".
Satu kalimat yang mewakili hadits diatas membuat kita berpikir bahwa cukuplah hanya kepada Allah saja untuk berprasangka baik pada Nya. Dengan segala skenario terbaik Allah yang telah dipersiapkanNya dan mengambil pelajaran dari setiap kejadian yang terjadi atas izin Allah.

Allah memberikan sesuatu dari apa yang hamba butuhkan bukan dari setiap apa yang ia inginkan. Mungkin kata2 ini tidak asing. Namun bisa jadi seorang hamba tidak pandai berprasangka kepada Allah atas kejadian yang menimpa dirinya. Kemudian ia banyak mengambil dalih bahwa seandainya seperti ini dan itu agar hasilnya sesuai dengan apa yang ia inginkan. Disinilah awal terbukanya pintu-pintu syaitan. Memberikan peluang pada syaitan untuk menjerumuskan manusia pada kesesatan. Padahal ketika ia ambil satu kalimat pamungkas, semua akan Allah gantikan dengan yang terbaik. Allah persiapkan sesuatu yang spesial, nanti pada saatnya kau akan siap menerimanya. Katakanlah..

قَدَرُ اللَّهِ وَمَا شَاءَ فَعَلَ
Qodarullaahi wa maa syaa-a fa'ala.
Ini taqdir Allah, dan apa yang Dia kehendaki, Dia lakukan.

Prasangka baik kepada Allah sangat bersinggungan dengan rasa penuh harap kepada Allah. Berharap mendapat kebaikan, berharap mendapat pertolongan Allah. Karena ia akan saling mendukung untuk terbentuknya benteng pertahanan melawan kata "seandainya".

Seorang teman pernah memberikan nasihat kepadaku tentang bagaimana cara untuk berharap kepada Allah saja tidak kepada yang lain. Kemudian beliau bilang:

"Inget nanti kalau di kuburan bakal sendirian". 

Tapi aku masih belum paham apa arti dari yang beliau sampaikan. Alhamdulillahnya dia peka kalau aku belum paham apa maksudnya. Kemudian dijelaskan lagi bahwa:

"Kalo sendirian di kuburan, yang bisa nolong cuma Allah Ta'ala. 
Aslinya di dunia juga gitu. 
Cuma banyak printilan aja yang jadi perantara. 
Keliatannya kayak yang nolongin"

~~ merenung sejenak ~~

Seperti itulah nasihat singkat yang membuka mata hati ku saat itu. Semoga Allah senantiasa memberikan kebaikan dimanapun beliau berada.

Ya memang benar. Pertolongan Allah datang melalui perantaraNya dalam hidup kita. Sadar akan hal itu. Hidup adalah proses mencapai tujuan. Dengan berbagai ujian didalamnya yang dibuat Allah bagi mereka untuk melihat siapa yang paling baik amalnya. Melihat siapa yang pandai mengambil hikmahnya. Dan selamat dari tipu daya syaitan.

Inilah hakikat dari Tawakal kepada Allah. Kembali lagi pada rasa tawakal di pembahasan sebelumnya, yaitu keyakinan seorang hamba kepada Allah bahwa hanya Allah saja yang dapat membantu setiap urusan kita dan hanya kepada Allah lah tempat kita bersandar.

Allah SWT berfirman:
فَاِنْ تَوَلَّوْا فَقُلْ حَسْبِيَ اللّٰهُ    ۖ   لَاۤ اِلٰهَ اِلَّا هُوَ   ۗ  عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ   ۗ  وَهُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيْمِ
"Maka jika mereka berpaling (dari keimanan), maka katakanlah (Muhammad), Cukuplah Allah bagiku; tidak ada Tuhan yang berhak diibadahi dengan benar selain Dia. Hanya kepada-Nya aku bertawakal, dan Dia adalah Tuhan yang memiliki ‘Arsy (singgasana) yang agung."
(QS. At-Taubah 9: Ayat 129)

Saksi bahasan kali ini adalah
Takdir Allah - Prasangka baik - Rasa penuh harap - Pertolongan Allah pasti datang

Saya pun juga bukan orang yang langsung pandai mengambil hikmah. Masih butuh belajar dan berusaha menjadi pribadi yang lebih baik. Terutama memperbaiki hubungan kita dihadapan Allah. Agar pandai menempatkan diri dihadapan Allah.

Dengan segala keterbatasan ilmu yang saya miliki pastilah banyak kekurangan didalamnya. Saya berlindung kepada Allah azza wajalla dengan kalimat2Nya yang sempurna. Mencoba mengamalkan pemahaman berdasarkan pengalaman yang saya miliki. Allah dan RosulNya terbebas dari kesalahpahaman yang ada pada saya dan jika ada kesalahan maka kembalikan pada hukum Allah yang berlaku. Kembalika pada Al Quran dan Sunnah.
Wallahu'alam.

Shallallahu 'ala muhammad wa'ala alihi washahbihi wasallam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar