Senin, 27 Agustus 2018

Mengubah Paradigma Berpikir


Segala pujian hanyalah milik Allah Robb yang tidak ada sekutu bagiNya. Shalawat dan salam kepada Rosulullah Shallallahu 'alaihi wasallam beserta keluarga dan para sahabat generasi terbaik umat.

Salah satu pembeda manusia dengan makhluk lain di bumi ini adalah berakal dan memiliki kemampuan berpikir. Dengan taufik Allah seseorang mampu membedakan antara benar atau salah, antara baik atau buruk, antara halal atau haram, antara hal yang mendatangkan manfaat atau mendatangkan mudhorot. Namun, yang sulit itu ketika seseorang dihadapkan pada dua pilihan yang kedua-duanya baik ataupun memilih satu antara dua pilihan yang semuanya buruk. Disinilah diuji kemampuan berpikir manusia. Apakah ia berpikir dengan ilmu yang ia miliki tentunya setelah taufiq dari Allah ataukah ia berpikir dengan hawa nafsu dan keinginannya sesaat?

Menarik.

Inilah paradigma berpikir para ahli ilmu sejati. Para ulama (ahli ilmu) bukanlah seseorang yang sebatas mengetahui baik atau buruk suatu perkara. Akan tetapi jika ada dua kebaikan ia bisa membandingkan, menganalisa, mengkompair, berpikir mana yang manfaatnya lebih besar, lebih urgent, lebih diprioritaskan kemudian ia tahu akan ada yang harus dikorbankan dan mengambil yang paling besar manfaatnya. Begitu juga sebaliknya. Ketika melihat dua hal yang buruk kemudian ia diwajibkan memilih salah satunya dan tidak ada pilihan lain selain memilih diantara dua hal tersebut maka ia akan memilih yang paling sedikit mudhorotnya.

Tentunya memilih keputusan yang sulit ini butuh ilmu. Ilmu yang benar. Jika belum sampai pada taraf ulama atau seorang ahli ilmu sejati maka cara yang tepat ialah belajar. Mulai dari sekarang jadilah penuntut ilmu. Belajar seperti apa? Belajarlah yang sesuai dengan konsep Allah melalui Al Quran dan Sunnah. Belajarlah berpikir ilmiah. Belajar dari basic, dari dasar, kemudian bertahap, bertahap, bertahap, sampai pada masala-masalah yang besar.

Basic atau dasar bagi para penuntut ilmu ialah belajar Aqidah, belajar Adab. Bagaimana kita berhubungan dengan Allah. Mentauhidkan Allah. Beradab kepada Allah. Menjalankan ketaatan kepada Allah sesuai dengan apa yang perintahkan Allah dan meninggalkan sesuatu sesuai dengan apa yang dilarangan Allah. Inilah sebagai dasar. Sebagai pondasi seseorang untuk berpikir ilmiah. Mengubah sudut pandang yang ilmiah sesuai kaidah. Meneladani pola hidup manusia terbaik yaitu Rosulullah shallallahu 'alaihi wasallam dalam setiap inci kehidupannya.

Belajar dari pengalaman pribadi sebagai langkah awal untuk mengubah paradigma berpikir ilmiah.

Dulu pernah membayangkan kalau lagi pengen "pdkt" sama Allah itu kayak lagi buat tangga yang akan bertambah naik terus naik sampai tinggi dengan melakukan ketaatan serta amal-amal shalih lain. Tapi ada aja hambatannya. Belum sampai tinggi eh udah roboh lagi. Terus coba bangun lagi tapi roboh lagi. Roboh karena banyak godaannya, banyak futurnya, banyak ujiannya. Kalau begini mah gak akan sampai. Lucu yaa..

Dengan berjalannya waktu, baru sadar kalau dengan seperti itu ada kesalahan dalam berlogika. Dan jadi kepikiran lagi memang harusnya buka seperti itu logikanya. Karena jika dimisalkan sebagai tangga, apa lagi tangga bambu, semakin tinggi semakin besar pula anginnya dan semakin besar pula kondisi ketidak seimbangannya. Ia bisa goyah ke kanan ataupun ke kiri bahkan bisa juga jatuh. Naah salah kan..

Sekarang mulai mencoba berpikir ilmiah. Membangun konsep pola hidup dari dasar. Proses hidup ini dengan segala macam ujiannya, ibaratkan membuat pondasi. Dasar dari sebuah bangunan. Semakin tinggi bangunan yang akan dibuat semakin dalam juga pondasinya. Ketika pondasi yang menjadi dasar sudah kuat, sudah kokoh, kemudian mulailah membuat tiang-tiangnya untuk menegakkan bangunan. Kemudian membuat tembok-tembok sebagai batasnya, pintu sebagai pembuka jalannya, jendela untuk mengamati keadaan, dan atap untuk melindungi dari panas dan hujan.

Logika simpel. Hanya saja baru sadar dan berpikir lebih. Mencoba memulai menerapkan konsep baru dalam merespon pola hidup, tingkat pemahaman serta ilmu yang didapatkan.

Oleh karena itu, jadikanlah proses ini sebagai bagian dari rangkaian pondasi yang saling menguatkan satu dengan yang lainnya. Kemudian ketika Allah menganggap kau sudah kuat sudah siap maka Allah bukakan jalan untuk menjadikan bangunan yang kokoh. Ayoo bangunan apaa?

Motivasi lainnya yaitu kesempatan untuk memahami ilmu. Semakin tajam pemahaman konsep hidup ilmiah semakin berkualitas juga setiap inci kehidupannya. Yuk belajar dari hal yang basic. Hanya orang berkualitas saja yang bisa berpikir dengan pemahaman yang benar dengan pemikiran yang panjang. Dengan pemahaman lahirlah kebaikan dan kebaikan. Yaitu mempelajari pemahaman yang benar dari Rosulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan para sahabatnya yang paling paham tentang agama ini.

Beberapa materi ini diambil dari kajian ustadz Muhammad Nuzul Dzikri Hafizahullahuta'ala dengan judul Inci Demi Inci Bersama Ilmu serta beberapa materi kajian lainnya dapat disimak kajiannya di Chanel Youtube linknya boleh klik disini.

Wallahu a'lam.

Shallallahu 'ala muhammad wa 'ala alihi washahbihi wasallam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar